Mencari Rejeki Sebagai Pemanjat Kelapa Keliling

Jambi-Perjuangan hidup Nasution (43) sungguh berat ditanah perantauan di Kota Jambi. Berprofesi sebagai pemanjat kelapa keliling, merupakan pilihan Nasution untuk mencukupi kebutuhan hidup istri dan seorang anaknya. Profesi yang dilakoni Nasution tergolong unik di Kota Jambi. Pemanjat kelapa keliling, sangat sulit ditemui di Jambi.

Rabu (27/2) sore, Nasution tampak tidak mengenakan baju. Dirinya hanya mengenakan celana pendek jeans. Badannya yang berlumuran debu kelapa tak dirasakannya sore itu. Maklum saja, Nasution sore itu sedang menjalankan profesinya sebagai pemanjat kelapa.

Sore itu, Nasition meluangkan waktunya bertutur kata dengan Batak Pos. Kebetulan juga kelapa yang dipanjat Nasition, milik A Roni, pemilik kebun sekaligus rumah kontrakan di Kelurahan Kebun Handil, Kecmatan Jelutung Kota Jambi, persis didepan rumah kediaman Batak Pos.

Sembari mengupas kelapa hasil panjatan, Nasition menuturkan pengamalan selama delapan tahun sebagai pemanjat kelapa. Profesi yang digelutinya sekarang lebih baik dari sebelumnya, yakni sebagai buruh bangunan.

“Dulu saya buruh bangunan di Jambi. Namun tenaga yang semakir turun, membuat saya meninggalkan profesi itu. Kalau jadi buruh bangunan, kerjanya dari pagi hari hingga sore. Upahnya Cuma Rp 50 ribu. Sementara upah memanjat kelapa sewlama tiga jam, bisa mencapai Rp 100 ribu rupiah. Lebih baik menekuni profesi ini, karena ini adalah langka,”ujar pria Batak asal Padang Sidempuan ini.

Nasution menambahkan, dalam sehari, dirinya bisa menurunkan kelapa lebih dari ribuan butir. Sedangkan masalah upah, yakni bagi hasil dengan sipemilik kebun kelapa. Dari setiap seratus biji kelapa, Nasition mendapat 30 butir sebagai upah.

“Semua kelapa yang saya panjat, saya yang mengupas dan menjualnya ke toko-toko. Kemudian uang dari hasil penjualan kepala tersebut saya berikan kepada pemilik kebun. Kemudin pemilik kebun memberikan upah dari jumlah kelapa yang dijual,”katanya.

Ketika disinggung soal keluarga, Nasition tidak enggan menceritakannya. Dirinya dikarunia anak tiga. Namun anak pertama dan ketiganya meninggal dunia diusia belia karena menderita penyakit muntaber dan demam berdarah. Kini dirinya hanya ditemani seorang istri dan anaknya nomor dua yang kini berusia delapan tahun.

Nasution mengaku tegar menjalani hidupnya di tanah perantauan. Walaupun sebagai pemanjat kelapa keliling, dirinya tetap bangga sebagai orang Batak yang tidak kenal menyerah dalam mencari hidup. (Tulisan Ini Sudah Naik di Batak Pos Edisi Kamis 28 Februari 2008).

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama