“Gondrang Riah Madear” Sidamanik Pecahkan Rekor MURI



Rakor MURI : Rosul Damanik (paling kanan marsarunei) bersama Group (kelompok) “Gondrang Riah Madear” Sidamanik pecahkan Rekor MURI pada Parade Gondang terlama 72 jam non stop di Pesta Danau Toba (PDT) 27 s/d 30 Desember 2011 di Pantai Bebas Parapat, Kabupaten Simalungun. Group Gondrang ini mengusung lima kelompok yang beranggotakan masing-masing lima personil dengan empat orang peniup Serunai. Foto sauhur/asenk lee saragih




Jakuat Purba (Parsarunei)



Catatan Pinggir di Pesta Danau Toba


Parapat, Sauhur-AGenda Pesta Danau Toba (PDT) di eratahun 1980an selalu dinantikan oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Di era itu, PDT selalu dipusatkan di Kota Parapat, Kabupaten Simalungun. Namun sejak krisis moneter melanda Indonesia 1997 silam, PDT bagaikan kehilangan nafas, pengunjung sangat minim, khususnya tamu “Sibottarmata” alias orang bule dating ke PDT. Berbagai upaya telah dilakukan berbagai pihak guna mengembalikan roh PDT di era sekarang ini. 

Perhelatan Pesta Danau Toba (PDT) telah usai ( 27 s/d 30 Desember 2011) di Kota Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Namun pesta tahunan itu juga meninggalkan banyak cerita, dari kesiapan panitia hingga kemasan kegiatan yang terkesan hanya seremoni. 

Dengan kasat mata penulis mengamati pelaksanaan PDT tersebut, PDT ternyata hanya milik pengunjung dari perantauan semata, tidak berpengaruh besar bagi masyarakat sekitar Danau Toba yang mencakup 7 kabupaten sekitaran Danau Toba. 

Pelaksanaan PDT 2011 dinikmati kalangan pengusaha dari dan dalam luar negeri, atlit daerah dan atlet nasional dan luar negeri, artis ibukota serta masyarakat umum. Namun PDT tidak mampu membangkitkan daya tarik wisata ke Parapat. Ramainya Kota Parapat hingga hotel-hotel penuh selama tiga hari, bukan karena magnet PDT, namun karena banyak wisatawan melewatkan pergantian tahun di Parapat. 

Sementara salah satu pertunjukan yang mencatat rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada PDT 27 s/d 30 Desember 2011 yakni Parade Gondang terlama 72 jam non stop dari tanggal 27 s/d 30 Desember 2011 di Pantai Bebas Parapat, Kabupaten Simalungun. 

Parade gondrang itu disuguhkan oleh Group (kelompok) “Gondrang Riah Madear” Sidamanik dengan mengusung lima kelompok yang beranggotakan masing-masing lima personil dengan empat orang peniup Serunai. 

Jenis irama gondrang yang dibawakan yakni Gondrang (gendang) Simalungun dan Toba. Parade gondrang etnik Batak Simalungun dan Toba ini dimulai paka Selasa (27/12) sekitar pukul 15.30 WIB usai Pembukaan PDT di Open Stage Parapat dan berakhir 30 Des 2011. 

Para pemain gondrang “Group Riah Madear” asuhan Rosul Damanik ini mayoritas dari Sekolah SMA YPI Darma Budi Sidamanik. Lima kelompok gondrang ini memainkan lagu gondrang Simalungun-Toba secara marathon bergantian. 

Namun sejauh ini pagelaran Parade Gondang terlama 72 jam non stop ini belum mampu menyedot pengunjung di PDT Parapat. Pertunjukan tersebut minim simpatik karena tidak dikemas menarik. Pandangan hanya monoton kepada para pemain gondrang dan serunai tanpa didampingi suguhan tarian yang bisa menarik perhatian pengunjung. 

Menurut Rosul Damanik, group “Gondrang Riah Madear” Sidamanik sengaja ditunjuk panitia PDT karena Parapat merupakan Daerah Simalungun. “Panitia menunjuk kami untuk tampil dan pecahkan rekor MURI pada Parade Gondang terlama 72 jam non stop,”kata Rosul Damanik saat ditemui penulis di arena pagelaran di Pantai Bebas Parapat, Kabupaten Simalungun Desember lalu. 

Disebutkan, pemain “Sarunei” (Serunai) terdiri dari empat pemain diantaranya Rosul Damanik, R Nainggolan, Jakuat Purba. Jenis irama yang dilantunkan dari Sarunei mayoritas lagu Simalungun ditambah dengan lagu-lagu gondrang Batak Toba. 

“Kita bertekat bisa pecahkan rekor MURI ini sebagai catatan sejarah bagi dunia seni tradisional Simalungun. Kami tidak ada dijanjikan apa-apa, namun kami berupaya pecahkan rekor MURI ini. Seluruh personil diberikan kesehatan yang fit dan akhirnya bisa catat Rekor MURI,”katanya. 

Pemain “Gondrang Riah Madear” Sidamanik marga Saragih, Damanik, Nainggolan saat berbincang-bincang dengan penulis, Selasa (27/12) malam mengatakan, mereka semuanya dari SMA YPI Sidamanik. Mereka tidak dijanjikan imbalan yang menggiurkan, namun mereka tampil tulus hanya untuk memasyarakatkan Gondrang Tradisional Simalungun dan Toba. 

Kurang Menarik Simpatik Penonton

A Tarigan, seorang warga Parapat saat menonton pagelaran gondrang itu mengatakan, panitia PDT kurang mengemas pagelaran gondrang tersebut dengan menarik, sehingga minim penonton (pengunjung). “Seharusnya panitia menyertakan penarinya sehingga lebih enak dilihat dan penonton kaya akan hiburan tradisionalnya,”katanya. 

Menurut Tarigan, yang sudah lahir di Parapat dengan usaha toko “Ejuah-Ejuah” ini, musik tradisional seperti Gondrang Simalungun dan Toba seharusnya bisa menarik pengunjung di PDT jika dikemas dengan apik dan professional. 

“Panitia harusnya menyerahkan Parade ini kepada Even Orgaizer (EO) agar dikemas menarik tanpa menghilangkan nilai tradisionalnya. Ini menjadi pelajaran buat panitia PDT berikutnya. Kemudian partisipasi pemerintah kabupaten di pesisir Danau Toba juga kurang. Seperti dari Kabupaten Karo, Dairi, Taput, Samosir dan Simalungun pada khususnya,”katanya. 

Tiga Menteri Gagal Hadiri PDT

Awalnya PDT akan dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Ir. M. Hatta Radjasa dan akan dihadiri Menteri Parawisata dan Kebudayaan Mari Elka Pangestu dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Spanduk ucapan selamat datang kepada tiga menteri tersebut sudah tersebar di setiap sudut jalan di Parapat. 

Spanduk penyambutan Menteri di Jalan-jalan Kota Parapat. Foto sauhur/asenk lee saragih 

Namun dengan alasan kenyamanan penerbangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia beserta rombongan gagal mendarat di Bandar Udara Silangit yang terletak di Siborong-borong, Sumatera Utara. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 2.250 m x 30 m. Jarak dari pusat kota sekitar 7 km. 

Bandara dibangun pada masa penjajahan Jepang, pembangunan kembali bandara mulai dilakukan sejak tahun 1995 dengan menambah landasan pacu sepanjang 900 meter sehingga menjadi 1.400 meter. Pada saat ini (2011) Bandara akhirnya memiliki landasan pacu 2.250 meter. Ternyata keberadaan Bandara Silangit kurang mampu mendukung kunjungan PDT di Parapat. 

Tanpa dihadiri tiga menteri tersebut, akhirnya PDT dibuka oleh Plt Gubsu, Gatot Pujo Nugroho yang dihadiri Dirjen Nilai Budaya Seni Film (NBSF), Ukus Kuswara, bupati se-kawasan Danau Toba, Pangdam I BB, Kapoldasu, Ketua DPRDSU, forum komunikasi daerah sumut, Ketua Umum PDT 2011, Jhon Hugo Silalahi, Nurlisa Ginting (Sekum), Marasal H (Bendahara), Sophar Siburian dan sejumlah elemen masyarakat, tokoh agama, adat, pemuda dan seluruh lapisan masyarakat luas. 

Diacara pembukaan, para PLT Gubsu dan para undangan dari konsulat jendral negara asing, perwakilan pemerintah pusat menyaksikan devile peserta yang mengenakan busana pakaian daerah. Diantaranya, kontingen Pemkab Simalungun, Pematang Siantar, Dairi, Humbahas, Samosir, Medan, Labuhan Batu, Badan Lingkungan Hidup Sumut, Akpar Medan, Garuda Fun Bike, Destimation Management Organization. 

Pembukaan PDT 2011 di Open Stage Parapat, Selasa (27/12) disambut antusias seluruh pengunjung dan masyarakat luas di Parapat sekitarnya. Acara pembukaan dimulai dengan suguhan tari Dihar-dihar dan tor-tor Somba (Simalungun) sebagai simbol penyambutan tamu kehormatan. Selanjutnya, dilanjutkan dengan suguhan tari Sipitu Cawan yang dipersembahkan oleh Yayasan Pusuk Buhit. 

Sebanyak 100 penari mewakili 7 Kabupaten, menampilkan Tarian Budaya Melayu, Budaya India, dan Budaya Chinesse, Tari Sombah, sebagai ucapan selamat dating kepada para tamu dan pengunjung PDT. Sementara Panitia mengkalim kunjungan wisatawan pada PDT itu mencapai 100 ribu jiwa. 

Kurang Publikasi Kegiatan PDT

Kurangnya publikasi kegiatan PDT kepada masyarakat di pesisir Danau Toba dan sekitarnya seperti Kabupaten Dairi, Karo, Simalungun, membuat gaung PDT tidak dapat dinikmati masyarakat ekonomi lemah di pesisir keliling Danau Toba. 
Minim Pengunjung : Minimnya pengunjung PDT 2011 di Parapat, membuat sejumlah kapal pesiar Danau Toba Parapat-Tomok antri di Pelabuhan Parapat. Tarif untuk satu penumpang dipatok Rp 20.000 untuk keliling Danau Toba Parapat-Tomok. Foto sauhur/asenk lee saragih 


Sulitnya transportasi dari berbagai daerah ke Parapat tempat pelaksanaan PDT juga berdampak minimnya kunjungan ke PDT. Seperti transportasi darat dari Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Siantar, Medan, Asahan, Batubara dan daerah Sumut laiannya tujuan Parapat sangat sulit. 

Kunjungan PDT sebagian besar menggunakan kenderaan pribadi karena pengunjung PDT hanya kalangan berduit yang melawatkan malam tahun baru di Parapat. Bahkan para supir angkot tujuan Siantar-Parapat merasakan hal tersebut. Pendapatan supir angkot tidak signifikan saat pelaksanaan PDT. 

Sepatutnya Panitia PDT memikirkan alat transportasi darat, danau dan udara dari berbagai daerah menuju Parapat. Panitia PDT bisa saja melibatkan kapal-kapal yang ada di Tomok Samosir dan Parapat atau pemilik kapal di pesisir Danau Toba lainnya sebagai angkutan murah bagi masyarakat pesisir Danau Toba di 7 kabupaten tujuan Parapat. 

Angkutan transportasi umum (angkutan kota) tujuan Siantar-Parapat kurang nyaman bagi penumpang. Penulis yang menumpang Angkot Sinar Siantar dari Simpang Dua Siantar tujuan Parapat 27 Desember 2011 nyaris jadi korban pemerasan tiga pria yang bersekongkol dengan kernet angkot dan supir. 

Supir angkot dengan sengaja membuat laju kenderaan tersendat-sendat. Sehingga banyak penumpang yang minta turun ditengah jalan karena padatnya penumpang dan ributnya tiga pria diatas angkot tersebut. 

Namun niat jahat tiga pria teman kernet dan opir tersebut yang hendak mengambil paksa tas penumpang termasuk tas Batakpos gagal karena adanya pos polisi di jalur lintas Siantar-Parapat tersebut. Akhirnya tiga pria dan kernet angkot turun dan balik arah pulang ke Siantar karena gagal hendak melakukan aksinya. 

Berdayakan Pemilik Kapal Pesisir Danau

Seharusnya Panitia PDT melibatkan pemilik kapal yang ada di pesisir Danau Toba dari Parapat hingga Silalahi Kabupaten dairi. Namun hal itu tidak dilakukan sehingga kunjungan masyarakat ke PDT minim akibat tidak adanya transportasi. 

Armen Girsang (KM Lihardo), Kennedy Saragih (KM Dame), dua pemilik kapal motor di Desa Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimakuta Simalungun mengatakan, minimnya sosialisasi PDT membuat masyarakat minim kunjungan ke PDT. 

Hal senada juga dikatakan Jonly Tondang, pemilik KM Muda Jaya, Desa Nagoripurba, Kecamatan Horisan Haranggaol, Simalungun. Tiga kapal besar desa bertetangga itu tidak menikmati perhelatan PDT. Ketiga kapal itu memilih obyek wisata Tongging, Haranggaol untuk mencari wisatawan yang ingin menikmati Panorama Danau Toba. Mereka mengaku tidak dilibatkan dalam angkutan transportasi danau dengan tujuan Parapat. 

Ragam Kegiatan di PDT

Ragam kegiatan di PDT kurang dapat menyedot pengunjung. Kegiatan tradisional seperti Solu Bolon (eksebisi), Marhonong, Margalah hanya dinikmati segelintir masyarakat. Kegiatan PDT 2011 meliputi Seni Budaya dengan Seminar Budaya, Festival Gondang, Festival Tari Daerah, Parade Gondang 72 jam – non stop, Ulos go to Fashion –1.000 orang memakai pakaian kreasi ulos, Lomba Suling, Tao Toba Star ( Lomba Vocal Group). 




Tarian Simalungun : Puluhan penari Simalungun (Manduda) dari siswa SMA1 dan SMS Plus Pematang Raya asuhan Guru Pelatih, Riati br Purba (Guru Kesenian SMA 1 Raya). Mereka saat tampil memukau di Lomba tari Tradisional Sumut di Open Stage Parapat, 28 Desember 2011 dalam rangka Pesta Danau Toba 2011. Foto sauhur/asenk lee saragih 

Kemudian olah raga dan festival / eksebisi perlombaan meliputi Solu Bolon, Jet Ski, Rally wisata, Paralayang, Jelajah Nusantara (Komunitas Sepeda), Marjalekkat, Margala, Marhonong, Solu Dakdanak, Solu Parsada sada, Pardua dua (Dewasa), Panjat Tebing, Marching Band, Catur. 

Sebanyak 102 peserta ikuti panjat Tebing Alam Terbuka PDT 2011 di Perbuktian Potensi Wisata Minat Khusus di kawasan Danau Toba. Tebing-tebing di kawasan Danau Toba ternyata sangat menantang dan ideal sebagai wisata minat khusus dan juga untuk olahraga panjat tebing alam. 

Sebanyak 102 peserta yang berasal Aceh, Padang, Bukit Tinggi, Binjai, Langkat, Medan dan Kabupaten se- Kawasan Danau Toba berusaha menaklukkan tebing alam 169 Sibaganding di Parapat, Selasa 27 Desember 2011 lalu. 

Kegiatan PDT bidang lingkungan hidup yakni Clean up Danau Toba, Penghijauan/Penanaman Pohon, Pembagian Tong Sampah, Danau Toba Award. Kegiatan lain –lain Lake Toba in Frame (Photography Danau Toba), Layang-layang, Festival Kuliner Tradisional, Parade Kapal Hias– 100 kapal hias dan gondang. 

Dua pesawat Jet Tempur milik TNI yang meraung-raung dan melintasi Danau Toba di PDT Parapat 2011 bisa menghibur pengunjung kaum pelosok desa yang jarang melihat pesawat jet tempur. 

Rangkain kegiatan yang disuguhkan Panitia PDT, hanya dinikmati para peserta kontingen dan birokrasi yang terlibat didalamnya. Kemudian Panggung Hiburan Rakyat yang seluruhnya menampilkan artis ibukota hanya dinikmati sambilan oleh pengunjung kalangan berduit yang berkunjung ke Parapat. 


Artis Simalungun Tak Dilibatkan

Sedangkan untuk hiburan, Panitia PDT 2011 juga mendatangkan sejumlah artis ibu kota yang namanya sudah sangat popular dikancah belantika music, seperti penyanyi, Ayu Putri, Jack Marpaung, Viktor Hutabarat, Dakka Hutagalung, Wali Band, Maria Pasaribu, Trio Lamtama, Tio Fanta dan Tety Hutapea. Sementara sederetan Artis Simalungun tidak dilibatkan dalam PDT tersebut yang notabene adalah di Kabupaten Simalungun selaku tuan rumah. 
Poster artis di PDT 2011 yang tak ada artis Simalungun. Tuan rumah namun Artis Simalungun tidak dilibatkan. Ironis. Foto sauhur/asenk lee saragih 


Sementara masyarakat pesisir Danau Toba yang haus hiburan, justru tidak mendapat perhatian Panitia PDT. Lebih ironis lagi Kabupaten Simalungun (Parapat) yang menjadi tuan rumah PDT dan Ketua Umumnya mantan Bupati Simalungun (Jhon Hugo Silalhi) tidak ada menampilkan Artis Daerah Simalungun sekelas Sarudin Saragih, Lamser Girsang, Jhon Eliaman Saragih, Intan br Saragih, Fitri br Sinaga dan masih banyak lagu yang potensi dan berbakat. 

Panitia seharusnya menonjolkan artis daerah di PDT 2011 karena pengunjungnya mayoritas kaum ibukota dan berduit yang pulang kampung. Kalau artis ibukota yang disuguhkan, sudah tidak asing lagi bagi kaum masyarakat ibukota yang pulang kampong. 

Banyak tudingan miring kepada Ketua PDT karena tidak dapat menampilkan artis daerah, khususnya Artis Simalungun. Jadi banyak kesan PDT 2011 di Parapat hanya pesta seremoni kaum birokrasi yang tidak dapat mengangkat parawisata Danau Toba. 

Semoga Bupati Simalungun, JR Saragih yang telah dinobatkan sebagai Ketua PDT 2012 tidak mengulang keprihatinan PDT 2011. JR Saragih harus merangkul seluruh elemen di 7 kabupaten pesisir Danau Toba agar sama-sama bertanggungjawab dan saling mengisi di PDT 2012. 

Tuanrumah PDT 2012 yakni Kabupaten Simalungun yang direncanakan dilaksanakan Juli mendatang, harus dipersiapkan secara matang dan melibatkan seluruh elemen masyarakat. 

Seyognyanya PDT 2012 dapat mengangkat perekonomian masyarakat pesisir Danau Toba dan menjadi daya tarik bagi pengunjung. Panitia PDT 2012 harus lebih menonjolkan budaya lokal sehingga pengunjung dari luar Sumut dan manca negera tertarik untuk dating ke PDT. 

Panitia PDT 2012 juga harus mempublikasikan rencana PDT 2012 sejak dini lewat media online (website) atau media lainnya agar bisa mengundang minat masyarakat dari berbagai penjuru. PDT 2012 harus bisa dinikmati masyarakat pesisir keliling Danau Toba dari ekonomi lemah sekalipun. Semoga. (Asenk Lee Saragih).TULISAN INI SUDAH DIMUAT DI MAJALAH SAUHUR SIMALUNGUN EDISI 23 (MARET-APRIL 2012) HALAMAN 26-29. 





1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama